Senin, 22 Februari 2010

rembulan murung di langit Malang

tak usah kau tanya seperti apa warna duka
karna dia adalah sahabat
yang datang dalam tiap denyut nadi

tak usah blang padaku bahwa kau berduka
karena dia bagai aliran darah dalam setiap jantung ini mengerjap

langit dengan lembayung,hanya untaian semu
sama seperti ketika bias pelangi setelah rinai hujan

terengah dalam labirin yang sengaja Kau cipta untuku
aku terlena dalam luka
sungguh..
luka itu telah kunikmati
seperti sarapan pagi di pagi hari
karena dia datang seperti semilir
menghanyutkan
tapi menikam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar