Jumat, 05 Maret 2010

Bunda bicara cinta dalam diam

Bunda ungkapkan kepadaku walau hanya satu kata
Apakah kau cinta dan rindu kepadaku?
Apakah engkau bangga dengan prestasiku?
Apakah kau pernah bercerita kepada ibu-ibu ketika arisan tentang diriku,seperti ibunya Andi membanggakan anaknya saat bergosip dengan tetangga sebelah,walaupun saat itu aku nguping, Bunda.
Bunda tolong beritahu aku
Apakah sakit yang kau rasa saat mengandung dan melahirkanku begitu besar mengganjal,lalu menggumpal yang tak pernah terurai oleh lisan.
Kilat aneh yang membias tak mampu terbaca, bunda.
Mungkin kau ingin bercerita tentang betapa lelahnya dirimu hari ini.
Atau mungkin kau ingin bercerita tentang ayah yang merengut menoreh luka.
Bicaralah padaku bunda,atau perih terlampau besar sehingga buatmu bungkam.
Bunda tolong beri tahu aku.
Apakah sajak piring-piring kotor dan pakaian yang menumpuk telah menyita keinginanmu untuk bicara apa yang kau rasa.
Tak kutemukan apa yang bisa kubaca bunda,dalam bahasa tubuhmu.
Mungkin kesederhanaan yang kau pelajari begitu terpatri dalam hatimu,tentang makna kepasrahan yang kau bungkus mungkin terkadang dalam keterpaksaan.
Apa cinta yang junjung hanya cukup kau ungkap dalam diam.
Sebab senyap yang merebak tak mampu menutup gelora cintamu bunda.
Aku tahu.
Karena sembilan bulan dalam kandunganmu membuatku mengerti tentang hatimu yang tak terbaca.
Karena perih yang kau tanggung dalam luka ketika mengejan adalah dzikir cinta dan pengharapanmu.
Cinta yang kau bungkus dalam asa yang bisa lewat diam mu.
Ini yang tidak kumengerti darimu bunda.
Bicaralah bunda.
Walau sepatah kata.
Apakah kau sayang padaku?






Tidak ada komentar:

Posting Komentar